Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Tarot Malam Itu

Gambar
Rabu malam. Saatnya aku membuka praktek ramalan tarot di Psycolatte . Café yang sudah menjadi impian kami sejak jaman kuliah dulu. Café impian anak-anak pencinta ilmu psikologi, maka Psycholatte lah namanya. Dan membuka konseling tarot ini adalah salah satu acara yang mendukung tema psikologi itu. Tidak seperti malam-malam lain, Rabu malam adalah saatnya aku berdandan dengan lebih ekstrim, biar meyakinkan. Eye shadow berwarna cokelat yang biasanya kupakai, kuganti dengan warna yang lebih mencolok, ungu. T-shirt dan celana jeans, kuganti menjadi baju yang lebih berkesan etnik dan mistis. Celana cokelat, atasan putih tulang longgar lengan panjang berbahan belacu, dan kalung panjang dari batok kelapa. Yah, branding itu penting, tapi kenyamanan tetap nomor satu. Setengah tujuh aku sudah sampai di café. Mejaku sudah disiapkan. Meja untuk berdua dan sudah di posisikan sedemikian rupa untuk memberi privasi bagi klien. Pekerjaan yang sulit mengingat luas café ini tidak lebih dari empat

Curhat Editor

Sudah setahun lebih sebentar saya menjalani perjalanan sebagai editor di sebuah penerbit indie di Yogyakarta. Sudah cukup banyak naskah yang saya edit dan saya ikuti perjalanannya sampai menjadi sebuah buku yang siap baca. Saya juga sudah mengedit berbagai macam jenis buku, mulai dari buku motivasi, puisi, kumpulan cerpen, novel, sampai buku matematika. Dan dari semua buku-buku tersebut yang paling juicy dan menantang bagi saya adalah mengedit novel. Novel sebagai sebuah karya fiksi memberikan banyak keleluasaan bagi penulisnya untuk mengeksplorasi banyak hal. Sekilas pandang, novel juga tidaklah sulit dibuat. Apa sih susahnya bercerita? Kita juga bercerita setiap hari. Begitulah awalnya saya pikir ketika membaca buku-buku 'sudah matang' yang saya beli dari toko buku. Ternyata kenyataan tidak semanis itu, naskah mentah dari penulis dan sudut pandang saya sebagai  editor, menjadikan pembuatan sebuah novel yang bagus adalah proses yang panjang dan menantang. Tanda Baca da

Tenggelam dalam Cokelat

Gambar
Duduk sendirian di sudut café kesayanganku. Secangkir cairan cokelat panas dan sepotong tiramisu sudah menanti untuk kunikmati. Sedangkan aku, aku tidak menanti siapa-siapa, hanya sendiri dan masih berusaha menikmati rasa sepi ini. Di meja depan itu ada sepasang kekasih yang tampak serius berbicara, “Mas, sudah dua minggu nih telat,” kata gadis itu sambil menatap kekasihnya yang juga tampak sama kalutnya. Dua anak muda yang tampaknya masih duduk di bangku kuliah, masih merasa bahwa mereka adalah pusat dunia. “La terus gimana dong?” “Ya, tanggung jawab lah!” “Kuliahku? Aku bisa digantung sama bapakku kalau sampai tau aku bikin hamil anak orang.” Tawa yang meledak dari meja seberang itu langsung membuyarkan khayalanku menggenai percakapan mereka. Tampaknya mereka baik-baik saja, tidak ada yang telat selain telat mengumpulkan papper dari dosen. Di ujung sebelah kanan sana ada serombongan gadis muda yang berisiknya tidak tanggung-tanggung. Dan ingatanku terbawa pada tahun

Obsesi Menjadi Berguna

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti workshop meditasi di Kanisius. Meditasi yang dipimpin oleh Romo Sudrijanta ini membicarakan tentang bukunya yaitu Meditasi Titik Hening, Meditasi tanpa Objek. Dalam workshop ini dijelaskan mengenai metode meditasi ini dan sedikit latihan meditasi dan dilanjutkan dengan diskusi dan evaluasi. Dalam meditasi ini, sepenangkepan saya, kita diminta untuk mengamati proses batin, tanpa daya upaya, maka batin kita akan mencapai keheningan total. Seperti apakah itu? Saya sendiri juga belum pernah mengalami. Buat saya, konsep yang dijelaskan oleh Romo Sudri ini bukanlah suatu hal yang asing. Saya menangkap, bahwa ini adalah suatu bentuk aplikasi dari kesadaran. Kesadaran atau awareness yang saya kenal dari Bapak Anthony de Mello dan dibahas lagi sama Romo Andreas Setyawan, yang ganteng, dalam bukunya Saat Tuhan Tiada. Dalam proses latihan meditasi waktu workshop itu, pada awalnya kita diminta untuk rileks dan mulai melihat semua proses batin