Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Hujan... Hujan... Hujaaaannnn....

Dua hari ini adalah hari yang basah sebasah-basahnya. Basah sejak pagi hari dan membuat mata ini jadi enggan terbuka. Terlena bersama suara air yang memukul-mukul genteng dan jendela. Membuai dengan udara dinginnya, sedingin kakiku yang terkena bocoran air dari genting yang berlubang di atas sana. Kemarin saya beruntung, hujan turun saat saya tidak harus berangkat kuliah. Tapi pagi ini, saya tidak lagi dapat melarikan diri dari kenyataan yang basah di luar sana. Menembus hujan dengan mantol yang berkibar-kibar. Bergabung dengan serombongan besar para kaum komuter Jogjakarta, menyeberangi jalan lingkar menuju kehidupan yang mungkin sudah tidak lagi terasa. Hujan memang selalu membawa perasaan cinta dan benci. Jika musim hujan terlalu panjang datang di Temanggung, maka seluruh kota akan mulai gelisah.

Handmade Cigar (cerutu manual)

Gambar
Duapuluh Enam tahun sudah saya tinggal di Temanggung, kota yang hanya selebar daun kelor ini, dan baru hari ini saya melihat langsung bagian dalam pabrik crutu Rizona yang melegenda itu. Saya sudah tahu sih kalau ada pabrik cerutu ini, anaknya yang punya pabrik juga teman saya SD dan SMP, kan Temanggung cuma selebar daun kelor, tapi melihat isi dalamnya ya baru hari ini. Pabrik ini terletak di jalan Diponegoro no. 27 Temanggung. Kawasan kota lama yang masih menyisakan bangunan-bangunan dari awal abad ke-20. Berdekatan dengan rumah dari Bus terkenal Safari Dharma Raya terseliplah pabrik cerutu ini. Pintu masu Pabrik yang berdiri pada tahun 1909 ini pernah jaya di era pada zaman Belanda. Hasil produksi cerutunya banyak dinikmati oleh orang-orang barat kala itu. Hoo Tjong An, sang pendiri, rupanya jeli melihat peluang bisnis kala itu. Setelah belajar dari pembuat cerutu asal Filipina, ia kemudian mendirikan pabrik Rizona ini dengan mempekerjakan orang-orang di sekitar pabrik. Se