Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Hoy Cino!

Gambar
Sudah lama sekali saya tidak dicina-cinakan oleh orang selain teman saya. Bahkan saya sudah tidak ingat kapan saya terakhir disapa oleh orang asing dengan sebutan itu. Tapi tadi pagi hal itu terjadi di sebuah gang di Demangan situ itu. Saya baru saja selesai dari makan sop empal dan mau berangkat ke kampus. Berhubung sop itu tempatnya mblesek jadi ya mau tidak mau saya lewat gang-gang yang ga kecil-kecil amat lah sebenernya. Naa... di gang tersebut waktu saya mau lewat, ternyata sudah ada dua mobil yang stuck di situ. Satu mercedes benz hitam ke arah timur dan satu mobil putih sedan juga yang saya nggak ngeh itu mobil jenis apa. Saya berhenti di belakang mercedes sambil melihat bagaimana kedua mobil itu bisa saling melepaskan diri. Karena gangnya bener-bener mepet untuk kedua mobil tersebut. Lalu sopir dari mobil putih itu membuka jendela, mengeluarkan tangan dan berteriak, "Hey Cino...!"  Saya tidak terlalu mendengar apa yang dia katakan selanjutnya, saya hanya langsu

Cina dan Aktivisme

Tidak banyak hal yang terjadi pada tahun 1998 yang saya alami. Dalam ingatan saya yang kala itu masih 11 tahun, kekacauan yang terjadi itu berada di luar rumah, berada jauh di dalam televisi. Saya hanya ingat saya melihat pengumuman mengundurkan diri dari Presiden Soeharto di televisi dengan masih memakai seragam putih merah. Pulang sekolah setelah ujian. Saya hanya mengingat bahwa ada beberapa tempat yang dirusak, ada rumah-rumah yang dilempari batu dan selama berbulan-bulan jendela yang tadinya tertutup kaca, menjadi tertutup lembar-lembaran tripleks. Saya hanya mengingat, kota kecil yang tempat saya tinggal ini harus kehilangan CFC, waralaba ayam goreng pertama dan satu-satunya yang buka di Temanggug, dan langsung tutup ketika ada perusakan di tahun itu, dan tidak pernah ada lagi sampai sekarang. Persentuhan paling dekat adalah ketika tetangga belakang rumah saya berlari sambil berteriak-teriak ke arah toko saya kalau ada “hura-hura” yang menuju ke arah rumah kami. Kepanikan membua

Katanya pada Mulanya adalah Perlawanan…

Mulai sekolah di sekolahan yang saya jalani ini, pada mula pelajaran saya sudah dihadapkan pada artikel yang berjudul demikian, “Pada Mulanya adalah Perlawanan…” Ceritanya, kalau saya nggak salah inget dan gagal pahan, tulisan ini menunjukkan bahwa pada awal mula pembentukan kajian budaya adalah adanya perlawanan atau resistensi dari kelompok-kelompok budaya tertentu. Di mana ada suatu hegemoni atau kekuasaan maka disitulah kajian budaya akan ada dan bersuara. Di mana ada ketertindasan di situlah seharusnya orang yang bisa bersuara menyuarakan suaranya sendiri atau menyuarakan suara-suara orang lain yang tertindas. Suara orang yang mendapatkan double colonisation. Bahkan salah satu sarat yang harus dipenuhi dalam membuat tema penelitian tesis salah satunya adalah adanya perlawanan dari tema yang diangkat tersebut. Ada kaum yang dibela atau suaranya disuarakan dalam penelitian tersebut. Itu retorikanya.