Handmade Cigar (cerutu manual)

Duapuluh Enam tahun sudah saya tinggal di Temanggung, kota yang hanya selebar daun kelor ini, dan baru hari ini saya melihat langsung bagian dalam pabrik crutu Rizona yang melegenda itu. Saya sudah tahu sih kalau ada pabrik cerutu ini, anaknya yang punya pabrik juga teman saya SD dan SMP, kan Temanggung cuma selebar daun kelor, tapi melihat isi dalamnya ya baru hari ini.
Pabrik ini terletak di jalan Diponegoro no. 27 Temanggung. Kawasan kota lama yang masih menyisakan bangunan-bangunan dari awal abad ke-20. Berdekatan dengan rumah dari Bus terkenal Safari Dharma Raya terseliplah pabrik cerutu ini.
Pintu masu
Pabrik yang berdiri pada tahun 1909 ini pernah jaya di era pada zaman Belanda. Hasil produksi cerutunya banyak dinikmati oleh orang-orang barat kala itu. Hoo Tjong An, sang pendiri, rupanya jeli melihat peluang bisnis kala itu. Setelah belajar dari pembuat cerutu asal Filipina, ia kemudian mendirikan pabrik Rizona ini dengan mempekerjakan orang-orang di sekitar pabrik.
Seiring dengan berjalannya waktu, pabrik cerutu yang saat ini dipegang oleh generasi ketiga, Mulyadi Hartono, akhirnya tergerus karena permintaan pasar yang semakin menurun. Saat ini, pabrik yang luas itu sudah hilang sebagian, hanya menyisakan bangunan yang cukup untuk menampung 38 orang pekerjanya.
Memasukki pabrik ini kita akan disergap oleh wangi tembakau yang khas. Wangi yang selalu mewarnai kota ini setiap bulan Juli hingga Agustus. Saat tembakau mulai dipanen. Temanggung memang kota yang dikenal sebagai penghasil tembakau. Namun, cerutu ini tidak diproduksi dari tembakau Temanggung. Tembakau Temanggung dinilai memiliki tulang daun yang terlalu tebal, sehingga mudah patah saat proses penggulungan. Tembakau yang digunakan untuk cerutu ini adalah tembakau yang didatangkan dari Jember, Jawa Timur.
Hoo Tjong An

Di dalam pabrik sendiri seluruh pekerjanya adalah ibu-ibu, dari yang berusia 30-an sampai beberapa sudah memutih rambutnya. Mungkin ibu itu sudah bekerja di pabrik ini sejak didirikan. Entahlah, saya belum sempat bertanya, mungkin lain waktu.
Yang Muda dan yang Sepuh
Proses pembuatan cerutunya sendiri tidak mengalami banyak perubahan sejak masa awal pabrik ini didirikan. Ada dua orang ibu yang mulai dengan menyortir tembakau yang sudah diasap dan difermentasi selama setahun. Tembakau yan tebal dan hitam, dipilah untuk bahan isian, sedangkan daun yang halus dan tebal untuk bagian luarnya.
Pemilihan Daun Tembakau
Setelah penyortiran, tembakau tersebut akan mulai digulung di sebuah ruangan dengan berbagai peralatan untuk menggulung tembaau tersebut. Cerutu tersebut dimasukkan ke dalam cetakan kayu yang sudah menghitam karena usia. Proses pencetakan dan pengepressan ini dilakukan selama dua jam agar cerutu menjadi padat dan memiliki bentuk yang sempurna.
Batang-batang cerutu itu kemudian dijemur untuk menghilangkan kadar air di dalamnya, setelah itu diperam selama dua bulan baru kemudian masuk ke dalam proses pengemasan. Jika dihitung-hitung, cerutu ini sudah melewati proses lebih dari satu tahun untuk bisa sampai di tangan Anda semuanya. Jadi tidak heran mengapa rokok buatan tangan ini terasa enak (kata beberapa orang yang pernah mengisapnya).
Dicetak
Proses pengeringan
Pabrik rizona ini sendiri bisa memproduksi tiga ribu batang cerutu setiap harinya yang terdiri dari tiga merk cerutu. Ketiga merk tersebut adalah Kenner King Extra, Kenner Bollero, dan Havana Extra Fine. Tiap kotaknya berisi 20 batang untuk Kenner King Extra dan Knner Bollero. Sedangkan untuk Havana berisi 30 batang. Ketiga merk ini juga memiliki cita rasa khasnya masing-masing. Berani mencoba?
Menggulung satu demi satu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autoetnografi apaan sih?

Tes Rorschach: Antara Manual dan Kenyataan

The Geography of Faith