Postingan

300M yang Mengubah Hidup

Hampir semua orang kalau dapat 300M, pasti hidupnya berubah. Tapi kali ini uangnya tidak ada beneran, hanya khayalan gembel saya dengan seorang teman. Jika teman saya ini punya 7T yang entah dari mana, dia hanya Mbak-mbak pegawai Bank biasa tapi sedang mencoba trading, maka dia akan memberi saya 300M. Kami berencana akan membuat rumah atau ruangan buat menyimpan uang tersebut. Entah kenapa kami membayangkan uangnya akan berupa cash dan akan tumpah-tumpah gitu di simpannya. Jadi ruangan penyimpanan uang itu harus bisa dibuka dari atas biar uangnya engga mawut-mawut. Nah, jika punya uang sebanyak itu, mau ngapain terusan. Tentu saya dan teman saya yang biasa hidup ngepas ini akan berfoya-foya. Bayar-bayar hutang, beli-beli kebutuhan primer semacam rumah, dan mobil. Saya memilih untuk alokasi uang untuk perawatan kesehatan. Mungkin mencari alternatif pengobatan yang bukan BPJS untuk urusan mata. Mencari tahu apakah benar di Jepang ada suntikan yang bisa menumbuhkan gigi yang sudah tangg...

Menemukan Diri, Menjadi Penulis

Gajah dalam Ingatan

Gambar
Penyunting:        Sylvie Tanaga                              Irene Ossi W. Tata Letak:          Argha Yuda Pratama Cover:                 Yovi Sudjarwo   Link pembelian #beliGajah Scan barcode di bawah atau bisa langsung DM ke Instagram Neneshakka Dulu aku mikirnya cita-cita itu tercapai saat kita lulus kuliah, di umur 25 tahunan dan kalau tidak tercapai di saat itu, maka ya sudah, berarti cita-cita itu tidak tercapai. Ternyata hidup tidak berjalan selurus itu. Unya cita-cita untuk menulis sejak bisa baca novel-novel detektif dan mulai ingin menuliskan cerita petualanganku sendiri. Masih aku simpan buku tulis bekas buku anyaman di SD yang berisi tulisan cerita serombongan anak muda berklil...

Conclave dan aku yang suka mengamuk

Disclaimer: Bukan review film tapi spoiler. Sebagai orang yang senang sekali dengan film Spotlight, suka juga dengan Two Pope, saya penasaran dengan film Conclave. Apalagi setelah mendengar review dari Cine Crib, jadi langsung memantapkan diri untuk nonton walau mata masih burem banget waktu itu. Habis pendarahan. Jadinya nonton filmnya sama setengah burem dan tidak yakin teksnya kebaca. Ternyata sesuai dugaan, saya senang banget sama filmnya. Rasanya ada orang dengan posisi yang sama dengan saya dalam memandang gereja dan mempertontonkannya di layar lebar. Conclave yang menceritakan tentang bagaimana pemilihan Paus dengan semua intrik politiknya. Bagaimana ada Kardinal yang sudah menjadi calon kuat, ternyata sudah memiliki anak dengan seorang suster. Ada lagi Kardinal yang memiliki pandangan konservatif yang ingin memerangi Islam, apalagi ada pembomban yang dilakukan oleh teroris pada saat yang sama, dan tentu saja digambarkan dilakukan oleh teroris Islam. Kardinal lain memang ber...

Narasi dan Identitas

Sudah beberapa bulan ini saya kepikiran dengan bagaimana narasi terkait dengan identitas yang kita miliki. Hal ini terasa sekali ketika saya mengerjakan tulisan dan banyak membaca mengenai pembantaian orang keturunan Cina yang terjadi di tahun 1947 di Indonesia. Cerita-cerita itu rasanya memengaruhi saya secara pribadi. Apa yang terjadi pada orang-orang itu, bisa juga terjadi pada saya sebagai pemilik identitas yang sama, orang keturunan Cina. Apalagi sejarah di Indonesia selama ini melegitimasi bahwa hal itu berulang kali terjadi. Kegelisahan yang mirip terjadi lagi ketika membaca buku dari Ester Lianawati, Dari Rahim ini Aku Bicara. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana wacana-wacana yang membentuk perempuan bisa terjadi sedemikian rupa sampai saat ini dan bagaimana seluruh perempuan menjadi korban dari wacana dominasi tersebut. Rasanya menyebalkan dan frustasi sekali kita membaca dan mengetahui adanya ketimpangan yang jelas terlihat, tapi terasa tidak ada tindakan yang bisa di...

Membaca Sejarah Cina di Indonesia

Beberapa bulan terakhir ini saya sedang banyak bergelut dengan kasus pembantaian massal orang keturunan Cina di Indonesia pada periode Agresi Militer Belanda di tahun 1946-1948. Dari salah satu sumber yang saya baca, TIonghoa dalam Pusaran Politik karya dari Benny G. Setiono, dia menceritakan bagaimana kejadian pembantaian tersebut dengan cukup mendetail. Tempat mana saja terjadi pembakaran pabrik, rumah, ataupun pemukiman penduduk sipil. Berapa perkiraan kerugian yang terjadi akibat keputusan untuk bumi hangus di masa itu. Berapa banyak orang Tionghoa yang tinggal di satu kota, dan apa yang terjadi pada mereka. Seperti di kota Salatiga, pada waktu itu ada 3000 orang keturunan Cina yang tinggal di kota tersebut, dan tersisa 12 orang. Sampai yang mengerikan adalah bagaimana penulis dari buku tersebut menceritakan dengan mendetail bagaimana pembunuhan yang terjadi.  Orang-orang tionghoa banyak yang dikumpulkan dan dibawa ke hutan, diminta untuk menggali lubang, dan dibunuh bersama di...

Duapuluh dua buku yang lalu

 "Ternyata aku sudah rewel bodo sama kamu sejak 22 buku yang lalu." Ketikku sambil tersenyum. Send!  Kukirimkan teks itu ke Adi, kekasihku sejak sembilan tahun yang lalu.  Sore tadi aku sedang sumpek di kamar yang sudah kutinggali sejak 30 tahun yang lalu. Rumah masa kecilku. Ya paling tidak aku mengusahakan untuk pulang satu bulan sekali untuk mengunjungi Mama dan Papa. Rasanya pulang menjadi berbeda ketika kita sudah semakin dewasa. Mungkin hanya untukku, tentu saja tidak bisa disamaratakan untuk semua orang. Untukku pulang tidak lagi karena aku rindu rumah, mencari tambahan uang saku atau perbaikan gizi. Di satu titik, kebutuhan giziku sudah bisa kuasup dengan berlebihan di tempat rantau ini.  Tapi pulang juga tidak menjadi kewajiban yang harus aku tunaikan. Memastikan kedua orang tua itu senang, sehat, dan hidup dengan baik. Membuat lebih mudah hari-hari mereka selama beberapa hari, atau malah membuat repot mereka dengan permintaan masakan yang sama sejak bertahu...