Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Republik Anak Kenalan

Gambar
http://www.facebook.com/adit.mbek/photos Malam ini saya terlibat dalam sebuah pembicaraan yang sangat menarik dengan seorang teman pembadaian otak favorit saya, Mas Mbek . Pembicaraan dengannya memang selalu menarik dan pernah di satu titik pada masa lalu pembicaraan dengannya membuat saya kembali menginjak tanah, meluruskan logika saya yang kacrut. Kembali ke pembicaraan kami malam ini, kami membahas tentang sekolah tempat ia bekerja. Sebuah SD terpencil di perbukitan Menoreh, Kecamatan Borobudur. SD Kanisius Kenalan . Sudah beberapa lama ini ia mengajar di tempat itu, dua tahun kalau tidak salah. Sebuah sekolah tempat ia jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya. Dan pembicaraannya mengenai sekolah ini selalu menarik, walaupun sampai saat ini saya belum berhasil untuk mengunjunginya, sama seperti saya belum berhasil mengajaknya mengunjungi Pingit . Hari ini kami berbicara tentang Republik Anak Kenalan (RAK). RAK adalah sebuah forum milik anak-anak SD Kenalan. Dalam fo

Cita-cita

Pertanyaan mengenai cita-cita pasti sudah sering kita dapat ketika kita masih anak-anak dan sering kita ajukan kepada anak-anak yang kita temui. Biasanya seiring dengan semakin dewasanya seseorang pertanyaan “Apa cita-citamu?” akan berganti menjadi “Mau meneruskan ke mana?” atau “Mau kerja di mana?” Jadi, apakah cita-cita itu memang hanya monopoli anak-anak semata? Rasanya memang iya. Dari pengalaman saya sendiri, saya merasa menjadi alien karena di umur saya yang sudah tua ini rasanya hanya saya yang masih mempunyai cita-cita dibandingkan teman-teman saya. Saya ingin menulis, entah menulis apa dan di mana. Teman-teman saya ingin bekerja di perusahaan besar yang bergaji besar. Saya ingin juga si dapat gaji besar, tapi saya tidak bisa membayangkan harus bekerja di kantor, bekerja mengurusi data entah apa dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Saya tidak ingin menjadi marketing dan menjual barang yang tidak bisa saya gunakan atau menjual barang yang saya sendiri tidak mempercayai apa

Kereta Malam

Musim kemarau telah datang membawa anginnya yang dingin menusuk tulang. Membuat badan ini terasa sakit terus menerus dan rasanya ingin tidak beranjak dari hangatnya selimut di tempat tidurku. Tapi keadaan ini membuatku ingin berlari dari sini, pelarian yang membawaku terdampar di kereta malam ini. Hanya perjalanan tanpa tujuan yang akhirnya membuatku menaiki kereta ke Jakarta malam ini. Hanya dengan 26 ribu rupiah aku akan sampai ke Ibu kota dalam 12 jam. Padat, pengap, dan penuh dengan manusia yang berdesak-desakan ingin mencari sedikit celah untuk sekadar bersandar. Dengan sedikit memaksa aku berhasil menyelinap di antara tubuh-tubuh raksasa yang mengimpit di pintu kereta yang tidak seberapa luas. Dengan hanya memeluk tas hitam kecilku yang berisi seluruh harta dan tabungan yang kukumpulkan sedikit demi sedikit. Berharap ini dapat membawaku menuju kehidupan yang lebih menyenangkan. Beruntung, ada sedikit celah tempat duduk yang tersisa. Kuempaskan badan dan kuabaikan segala

Dari Gili ke Gili

Gambar
Sekitar seminggu yang lalu saya mengadakan perjalanan ujuk-ujuk ke Lombok. Ya nggak ujuk-ujuk banget sih, rencana si udah dari tahun lalu, tapi kepastian berangkatnya baru saya dapat jam tujuh pagi untuk berangkat jam 12 malam harinya. Jadi ada banyak hal yang harus saya lakukan pagi itu, membatalkan beberapa janji, memberi tahu banyak orang kalau saya tidak akan ada di Jogja untuk waktu yang saya juga nggak tau sampai kapan, dan ambil KTP yang masih ditahan di ruang baca. Hari yang grusak-grusuk ditambah lagi saya nggak bisa tidur malam sebelumnya dan saya masuk angin. Maka pusinglah saya. Untunglah kegiatan berkemas dan segala persiapan berlangsung dengan lancar. Jam 12 malam itu, saya dan rombongan menumpang Eka dari terminal Giwangan, Yogyakarta menuju Surabaya dan terbang ke Lombok Praya dari Surabaya. Jauh banget soalnya beda harga tiket dari Jogja dan dari Surabaya. Pesawat kamu mendarat tengah hari di Lombok dan langsung menuju ke Lombok Timur, rumahnya Irwan Bajang. Perj

Pingit Circle

Gambar
Salah satu kegiatan baru yang diadakan oleh para Frater yang penuh semangat buat para volunteernya semester ini adalah Pingit Circle. Apakah itu Pingit Circle? Secara gampangnya--karena kemaren Frater Mario menjelaskan dengan bahasa Inggres jadi susah ingetnya—Pingit Circle adalah suatu kegiatan tempat kita bisa berbagi pengalaman dan pemaknaan akan pengalaman yang kita alami tersebut. Karena judulnya Pingit Circle, maka sebisa mungkin pengalaman tersebut juga yang beraroma Pingitlah. Nah, sebagai pembukaan di bulan September kemarin sudah sedikit berbagi cerita dan ada PR dari Frater Mario untuk mulai merasakan pengalaman dan merefleksikannya. Berat! Demi membuat PR tersebut maka saya mencoba untuk melihat kembali pengalaman-pengalaman yang saya alami. Dan bingunglah saya. Kayanya ya gitu-gitu aja. Dimas yang lempar-lempar batu. Masih saling berantem. Masih pada nangis kalau ejek-ejekan. Masih ribut minta dibikinin PR, saya ulangi dibikinin. Lalu tibalah saya pada suatu