Semester Neraka

Ahhh... bagaimanapun juga ini terasa sebagai semester neraka buat saya dan mungkin buat teman-teman saya yang lain juga. Neraka dengan nama proposal tesis. 
Semester ini ada tiga mata kuliah yang isi mata kuliahnya hanya mengublek-ublek proposal kami masing-masing. Mengumpulkan tulisan, membaca, mendiskusikan, dicecar dan dibongkar lagi idenya, dibongkar lagi tulisannya, membaca buku lain lagi, rasanya siklusnya seperti itu terus menerus. Baik bagi yang sudah mendapatkan pertanyaan penelitian yang sudah pasti, tetapi bagi yang masih mbingungi kaya saya ini, kuliah ini jadi mulai terasa menyiksa. Satu jam dicecar di kelas, dibolak-balik logikanya itu lelah, Sodara.
Kami ini sudah mulai merasa terkuras. Banyak dari kami yang mulai membolos karena kelelahan dan ketakutan pastinya. Saya juga. Mulai ada yang menghilangkan dompet, melupakan kunci motor, dan yang pasti jam tidur kami mulai bertambah panjang. Withdrawl mungkin ya kalau menurut mekanisme pertahanan diri psikologi.
Kemudian apa yang kami tuliskan juga harus mengikuti dosen-dosen yang membimbing kami, dengan gaya dan dasar pemikiran mereka masing-masing juga pastinya. Ada dosen yang mengarahkan pada ketertarikan dulu, yang membuat hasrat kita sebagai peneliti mengawang ke mana-mana. Di kubu yang lain ada dosen yang menekankan pada literatur yang kami baca, bahwa penelitian itu ya hanya dalam tataran akademis, belumlah masuk ke lapangan dan menyelesaikan masalah. Jadi tugasnya adalah bagaimana kami menyatukan semuanya dalam sebuah proposal penelitian.
Masih juga buat saya ada tambahan kuliah pilihan yang belum ditempuh semester-semester yang lalu. Kuliah yang jelas menuntut tugasnya masing-masing. Tampaknya ada yang akan berakhir dengan seminar, ada yang satu semester ini harus membaca (teorinya) 17 buku. Satu buku setiap minggu yang harus diberi review.
Melihat tumpukan ini malah membuat saya freeze. Saya membeku dan tidak bisa berkutik. Membaca juga tidak selesai-selesai rasanya, menulis juga masih belum bisa memutuskan akan menulis apa. Dan melihat teman-teman yang sudah maju, saya tambah galau. Hicks...
Intinya saya galau akademis.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autoetnografi apaan sih?

Tes Rorschach: Antara Manual dan Kenyataan

The Geography of Faith