Tesis Hari ini

Sudah beberapa lama ini jari-jari saya membisu. Tidak ada tulisan yang saya hasilkan, baik yang seriusan apalagi yang hanya galau-galau beginian. Untuk orang yang gaya-gayanya hidup dengan dan dari menulis, sudah terlalu lama saya tidak menghidupi diri saya sendiri. Rasa-rasanya begitu mampet dan buntet. 
Hari-hari saya terasa begitu letoy, seakan saya terus menerus tertidur dan melesak di kasur dengan banyak bantal yang bertebaran. Otak saya mampet...
Seharusnya saat ini, atau mungkin bukan seharusnya ya... sebaiknya, atau yang baik bagi saya saat ini sebenarnya adalah menyelesaikan kewajiban  utama sebagai seorang mahasiswa yaitu menulis sesuatu yang bernama tesis. Tetapi dalam waktu sekiranya dua bulan ini, saya selalu menemukan banyak hal yang bisa saya lakukan selain menulis untuk tesis itu.
Dalam dua bulan ini saya menerima beberapa tamu yang datang dari luar kota. Saya menyelesaikan mengedit satu buah buku dengan tebal sekitar 200 halaman. Saya membaca dua buah novel karangan Jostein Gaarder, 3 buah buku Chicken Soup, Insurgent, Ayah dari Andrea Hirata, 3 buku serial Cacing dan Kotoran Kesayangannya, satu buah buku finansial, satu buah buku berjudul Heroic Leadership karangan Chris Lowney, menyelesaikan buku Have a Little Faith dari Mitch Albom, dan pasti cukup banyak komik. Saya juga bepergian jarak dekat seperti ke Kali Kuning di Kaliurang sana, Rawaseneng di deket rumah, dan dua kali pergi ke Bandungan. Sangat mudah kan mencari pengalih perhatian dan cara untuk melarikan diri dari kenyataan. Oh... dan saya menerima pekerjaan sebagai editor lepas, melamar ke dua penerbitan lain, dan saya menerima (lagi) pekerjaan di fakultas psikologi. Dan jangan lupa, nongkrong dan nonton film bermalam-malam yang tidak terhitung banyaknya. Sedangkan untuk materi yang seharusnya dibaca hanya selesai sebuah pengantar dari Homi K. Bhabha dan sedikit (sekitar 3 halaman) dari buku On Location of Culture dari Bhabha juga.
Jadi Saudara-saudara yang terkasih, please please please... jangan overestimate sama saya. Jangan bilang, "masak sih kamu belum bab 2...", "Gimana sudah selesai ya cari datanya?", "Pasti sudah selesai ya cari datanya...". Kalimat-kalimat yang begitu mematikan bagi saya. Aku itu biasa ajah. Malasnya lebih malas dari manusia normal. Butuh dua tahun untuk bikin skripsi loh saya itu... Kalau sama temen-temen sekampus itu yang dibahas adalah upil, samabodi, rencana piknik minggu ini, rencana makan malam ini, main berpacu dalam melodi, yaaa... sejenis itu...
Kemudian, setelah itu semua, saya masih merasa begitu pengangguran dan tidak betah menghabiskan waktu di kos. Kos yang pada awalnya hanya berisi saya sendiri itu, sekarang akhirnya berisi melebihi kapasitas kamar yang ada. Syukurlah sampai sekarang suasananya masih tetap sepi, walaupun keberadaan kamar mandi yang hanya dua biji dengan air yang sering bad mood sehingga enggan mengalir itu mulai membuat tidak nyaman. Tapi toh saya tidak pernah ada di rumah. Jika saat ini saya berpapasan dengan salah satu teman kos saya di jalan, rasanya saya juga tidak akan mengenali.
Jadi kemudian, kemarin, baru sekitar dua hari ini, apinya baru mulai menyala kembali. Belajar mulai kembali menjadi kebutuhan yang dicoba lagi untuk dilakukan. Dua bulan dan hanya menyelesaikan membaca sebegitu sedikitnya itu terasa mematikan mental sekali. Dan komentar salah satu dosen tersayang saya adalah, "kamu malas membaca!" Untuk orang yang mengakunya hobi membaca, pernyataan itu menjadi sangat ironis. Walaupun kalau dilihat jumlah halaman yang sudah saya baca, di luar buku apa, itu juga tidak sedikit sih.
Jadi... satu satunya cara adalah saya mencoba membangun ritme saya kembali. Dan jika memang harus perlahan, ya marilah... Saya ini adalah orang yang sangat mudah teralih perhatiannya, saya ini orang yang kalau sudah diajak atau bisa main dengan orang yang saya senangi maka saya tidak mungkin bilang tidak. Saya ini orang yang mengakunya antisosial dan takut dengan orang lain tetapi sangat menikmati berteman. Saya ini orang yang suka berencana tetapi tidak jelas bagaimana pelaksanaan dari rencana tersebut. Dan seperti yang sudah pernah saya bilang, saya ini orang yang memeluk roh jahat yang menggoda saya melakukan tindakan maksiat. Jika main itu adalah godaan dari roh jahat, dan saya mengenali itu, maka saya akan dengan senang hati menggandeng tangannya dan bermain bersamanya. Gambarannya begitu lah ya...
Tapi, pada akhirnya tidak bisa begini terus. Setelah lembam selama beberapa hari di kasur dan melesak dalam bantal sponge bob, saya merasa kecepatan saya harus ditingkatkan kembali. Api saya harus dinyalakan kembali. Masih meraba akan berjalan ke mana, tapi paling tidak saya mulai bergerak lagi.
Dan untuk ini, terima kasih untuk teman yang sudah ada dan menanyakan bagaimana nasib tesis saya. Untuk sudah memperkenalkan dan menarik minat saya pada Roberto de Nobili dan Mbak Ines G. Zupanov. Mengingatkan saya bahwa masih banyak hal menarik di luar sana untuk diperhatikan dan membuat roda-roda di kepala saya kembali berputar, walau masih enggan.......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autoetnografi apaan sih?

Tes Rorschach: Antara Manual dan Kenyataan

The Geography of Faith