Katanya pada Mulanya adalah Perlawanan…
Mulai sekolah
di sekolahan yang saya jalani ini, pada mula pelajaran saya sudah dihadapkan
pada artikel yang berjudul demikian, “Pada Mulanya adalah Perlawanan…”
Ceritanya, kalau saya nggak salah inget dan gagal pahan, tulisan ini
menunjukkan bahwa pada awal mula pembentukan kajian budaya adalah adanya
perlawanan atau resistensi dari kelompok-kelompok budaya tertentu. Di mana ada
suatu hegemoni atau kekuasaan maka disitulah kajian budaya akan ada dan
bersuara. Di mana ada ketertindasan di situlah seharusnya orang yang bisa
bersuara menyuarakan suaranya sendiri atau menyuarakan suara-suara orang lain
yang tertindas. Suara orang yang mendapatkan double colonisation. Bahkan salah satu sarat yang harus dipenuhi
dalam membuat tema penelitian tesis salah satunya adalah adanya perlawanan dari
tema yang diangkat tersebut. Ada kaum yang dibela atau suaranya disuarakan
dalam penelitian tersebut. Itu retorikanya.
Saya percaya
retorika tersebut sampai beberapa hari yang lalu. Sebelumnya, semua orang
terasa bersuara sama kerasnya untuk melakukan pembelaan bagi orang-orang yang
tertindas. Sebelumnya rasanya begitu idealnya ketika dengan bangga pada
bercerita kalau fakultas ini tetap mengadakan seminar mengenai Marxisme, kalau
tidak salah, walaupun sudah mendapatkan ancaman atau larangan dari pihak luar.
Waktu Fakultas Psikologi ada seminar LGBT yang dibatalkan, ada yang dengan
sombongnya mengatakan, harusnya diadakan di sini saja, pasti jadi. Saya ingat
pembicaraan-pembicaraan itu.
Tapi kemarin
ternyata semua yang dibicarakan rasanya jadi mentah begitu saja. Saat ada
sekelompok teman yang meminjam ruang untuk menonton film Samin vs Semen dan
ternyata ada larangan menonton di Malang. Rasanya pihak yang selama ini begitu
keras bersuara untuk melakukan resistensi dan perlawanan, membela kaum subaltern dan sejenisnya, terasa sudah
akan melakukan pelarangan untuk acara nonton bareng tersebut. Tidak mau membawa-bawa
nama fakultas dan melepaskan semua hubungan dari nonton bareng itu.
Ya… saya ini
Cina, saya nggak suka juga melawan dan melakukan hal-hal yang berbahaya dan
melawan negara atau aparat. Ini adalah kali pertama saya cukup dekat dengan
pelaksanaan acara nonton bareng yang sepengetahuan saya akan memberi kita
pengetahuan mengenai bagaimana polemik pabrik semen yang di Rembang sana itu.
Saya belum nonton, saya tidak tahu ini apa isinya atau melawan siapa. Yang saya
tau, katanya tempat ini dibangun dengan semangat pada mulanya adalah
perlawanan. Katanya harus menentukan posisi dan keberpihakan, katanya…
Saya sangat
berharap tidak ada pengkhianatan kali ini. Dikhianati orang yang pada mulanya
berdiri di pihak yang sama itu menakutkan, apalagi jika pemutilasian itu
dilakukan oleh orang-orang yang pada mulanya memberi anak-anaknya semangat
untuk bersuara. Apapun yang terjadi saat hari H, yang pasti sudah terjadi mutilasi.
Poster sudah diganti, tempat sudah dirahasiakan, nama penyelenggara jadi Bonobo.
Katanya pada mulanya adalah perlawanan…
Mari kita
lihat apa yang terjadi besok…
Komentar
Posting Komentar