Menikmati Pagi


Saya yang sangat menikmati tidur ini akhir-akhir ini memiliki kebiasaan baru yaitu menikmati pagi hari. Menikmati pagi dengan konsekuensi tidak bisa tidur sampai siang. Intinya bangun pagi itu bukan aku banget lah.
Diawali dengan angka gula darah saya yang di atas normal, maka saya harus melakukan perubahan besar dalam gaya hidup yang sudah saya jalani selama ini. Pilihannya adalah minum obat, diet dan berolah raga. Obat adalah hal pertama yang saya eleminasi. Walaupun praktis dan tidak butuh usaha, tapi efek jangka panjangnya yang tidak mau saya rasakan. Baik dari segi kesehatan maupun dari segi dompet. Diet? Ya bolehlah, paling tidak saya sudah berhenti minum soda dan mengurangi minuman kemasan dengan berbagai gula tambahan. Sisanya adalah berolah raga, tambah maleslah saya. Saya ini adalah orang tipe cucian. Teronggok di sudut kamar dan dikerubuti lalat. Ya begitulah kehidupan saya kalau di kos, hanya ngglundung ke sana kemari, berdiri aja males.
Tapi, karena saya mulai merasa ingin memperpanjang umur saya selama mungkin dan mulai ingin punya pacar untuk saya ajak smsan. Maka saya mengambil keputusan besar dalam kehidupan saya sebagai manusia. Bangun pagi dan jalan-jalan. Kenapa pagi? Karena kalau siang panas dan banyak orang, isin to jalan-jalan kalau rame, ketok banget nek pengen kuru.
Awalnya agak mrinding juga jalan-jalan dalam gelap sendirian. Jadi MP3 menjadi andalan sebagai pengalih perhatian dari ketakutan saya akan kegelapan, setan dan orang jahat. Itupun juga tidak rutin, hanya kalau bangun, kalau nggak males, kalau nggak habis begadang, kalau hari itu kegiatan nggak sampai malem, kalau nggak hari Minggu (kalau hari Minggu rame). Saya emang banyak syaratnya.
Tapi lama kelamaan ternyata berjalan pagi sendiri itu menyenangkan. Saya akan bangun ketika saya ingin bangun, atau tetap tidur tanpa saya merasa bersalah karena ingkar janji dengan orang lain. Berjalan sendirian juga membuat saya bisa menentukan waktu, rute dan kecepatan saya sendiri. Saya bisa berjalan lambat, cepat, berlari, atau berhenti untuk menikmati matahari terbit dan menendangi putri malu. Saya bisa langsung pulang atau mampir buat beli gudeg atau soto. Suka-suka saya. Tapi ada menakutkannya juga, ketika masih gelap dan lewat di daerah kebun tebu, rasanya saya akan disergap pencoleng atau perampok. Pernah saya bertemu dengan simbah-simbah yang akan berangkat ke pasar dan khayalan saya langsung membuat saya ketakutan. Siapa tau kalau simbah itu mukanya rata? Langsunglah saya berlari mejauhi simbah yang tidak tau apa yang saya pikirkan. Mungkin itu adalah lari tercepat yang pernah saya lakukan dalam sejarah jalan kaki saya yang singkat.
Kegiatan baru ini juga membuat saya sangat mengapresiasi indahnya pagi hari. Beruntunglah saya tinggal di daerah yang masih terhitung desa. Daerah ini masih memiliki areal persawahan yang luas dan banyak pohon-pohannya. Sangat menyenangkan ketika melihat matahari yang masih berwarna pink itu terbit dan mulai mewarnai pepohonan. Sangat menyenangkan ketika burung-burung mulai berterbangan dan bercicit menggantikan suara jengkrik. Melihat puncak gunung yang berwarna pink memantulkan sinar matahari pagi juga membuat saya terpesona.
Gula darah saya masih belum normal, saya juga masih gendut, masih belum punya pacar buat diajak smsan, tapi saya jadi suka sekali dengan matahari, pohon, terutama pohon talok, dan pagi hari. Saya suka pagi hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autoetnografi apaan sih?

Tes Rorschach: Antara Manual dan Kenyataan

The Geography of Faith