Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Mengenang dan Menuju

Gambar
Saya ini adalah orang yang senang ikut trend. Seperti trendnya pada akhir tahun di tv-tv selalu bikin kilas balik, maka saya juga akan bikin kilas balik sendiri buat diri saya sendiri. Melihat kembali hidup saya setahun ini apakah ada gunanya atau tidak, minimal buat diri saya sendiri lah. Dan ini adalah tulisan yang dibuat untuk melarikan diri dari empat tulisan lain yang harus saya tulis tapi enggan saya mulai-mulai. Tahun ini adalah salah satu tahun dengan banyak perubahan. Ini adalah tahun yang bertemakan hubungan untukku. Baik hubungan yang datang, maupun hubungan yang hilang, atau mungkin berubah lebih tepatnya. Tahun ini adalah tahun di mana saya banyak ditinggalin sama teman-teman main saya. Dalam setahun ini ada tujuh orang di lingkaran dalam kehidupan saya yang menikah. Teman gereja, teman kemping, teman runtang-runtung, teman mimik-mimik cokelat malam-malam, tukang bully, teman SMA. Semuanya menikah.

Imaji Gender Wanita Cina yang Indonesia

Judul ini sebenarnya adalah judul untuk paper mata kuliah Kajian Gender dan tulisan ini juga mengangkat pembahasan yang kira-kira sama dengan paper itu, ditambah inspirasi dari  Padmo Adi. Simbok saya pernah, bahkan sering berbicara begini kepada saya, anak perempuannya, “Selama kita bisa bekerja dan menghasilkan uang, ya pekerjaan lain yang tidak menghasilkan uang bisa dipasrahkan ke orang lain. Perempuan juga harus bekerja dan harus bisa mencukupi kebutuhan sendiri dan anak-anak.” Begitulah gambaran peran gender yang berlaku dalam keluarga saya. Wanita itu juga bekerja dan mengerjakan sesuatu yang menghasilkan uang. Pekerjaan seperti mencuci, memasak, dan merawat anak-anak akan didelegasikannya pada orang lain.  Hal ini menjadi berlawanan dengan imaji gender yang tumbuh dalam masyarakat.

Hujan... Hujan... Hujaaaannnn....

Dua hari ini adalah hari yang basah sebasah-basahnya. Basah sejak pagi hari dan membuat mata ini jadi enggan terbuka. Terlena bersama suara air yang memukul-mukul genteng dan jendela. Membuai dengan udara dinginnya, sedingin kakiku yang terkena bocoran air dari genting yang berlubang di atas sana. Kemarin saya beruntung, hujan turun saat saya tidak harus berangkat kuliah. Tapi pagi ini, saya tidak lagi dapat melarikan diri dari kenyataan yang basah di luar sana. Menembus hujan dengan mantol yang berkibar-kibar. Bergabung dengan serombongan besar para kaum komuter Jogjakarta, menyeberangi jalan lingkar menuju kehidupan yang mungkin sudah tidak lagi terasa. Hujan memang selalu membawa perasaan cinta dan benci. Jika musim hujan terlalu panjang datang di Temanggung, maka seluruh kota akan mulai gelisah.

Handmade Cigar (cerutu manual)

Gambar
Duapuluh Enam tahun sudah saya tinggal di Temanggung, kota yang hanya selebar daun kelor ini, dan baru hari ini saya melihat langsung bagian dalam pabrik crutu Rizona yang melegenda itu. Saya sudah tahu sih kalau ada pabrik cerutu ini, anaknya yang punya pabrik juga teman saya SD dan SMP, kan Temanggung cuma selebar daun kelor, tapi melihat isi dalamnya ya baru hari ini. Pabrik ini terletak di jalan Diponegoro no. 27 Temanggung. Kawasan kota lama yang masih menyisakan bangunan-bangunan dari awal abad ke-20. Berdekatan dengan rumah dari Bus terkenal Safari Dharma Raya terseliplah pabrik cerutu ini. Pintu masu Pabrik yang berdiri pada tahun 1909 ini pernah jaya di era pada zaman Belanda. Hasil produksi cerutunya banyak dinikmati oleh orang-orang barat kala itu. Hoo Tjong An, sang pendiri, rupanya jeli melihat peluang bisnis kala itu. Setelah belajar dari pembuat cerutu asal Filipina, ia kemudian mendirikan pabrik Rizona ini dengan mempekerjakan orang-orang di sekitar pabrik. Se

Jalanmu Bukanlah Jalanku

Gambar
Perpisahan menjadi isu penting dalam hidup saya akhir-akhir ini. Penyebabnya jelas sebenarnya, seorang sahabat saya akan pulang kampung dalam beberapa hari ke depan, dan saya sebagai orang yang berada di lingkaran dalamnya ikut merasakan kegalauan yang dirasakannya. Kegalauan untuk meninggalkan kehidupan di Jogja yang tanpa disadari sudah begitu dia cintai. Perpisahan bukanlah sesuatu yang baru dalam hidup saya saat ini. Kita jelas sudah pernah mengalami perpisahan dari ketika kita lulus sekolah TK, SD, sampai sekarang sudah berumur begini, pasti banyak sudah perpisahan yang sudah dialami. Salah satu perpisahan terberat yang pernah saya alami selama masa dewasa saya adalah ketika saya ditinggal seorang teman mudika saya, Mas Gugus. Siang itu, setelah rangkaian panjang yang menyenangkan dari Pekan Suci, si Kakak satu itu tiba-tiba bilang begini sama saya,"Aku besok mau berangkat ke Jakarta dan nggak tahu apakah akan balik lagi atau nggak." Saya adalah orang yang lemot, ter

Selembar Akte

Yesus pernah bilang begini lewat Matius 6:26, “Pandanglah burung-burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Begitulah kata Yesus kala itu, dan saya percaya itu. Ada banyak teman dan ada banyak orang juga yang percaya dan berbagi cerita dengan saya mengenai betapa Tuhan itu selalu ada dan selalu menjaga. Ketika besok harus bayar sekolah untuk anak, pasti ada rezeki yang datang. Saat jatuh sakit, ada biaya entah dari mana, tapi pasti ada. Ada teman saya, anak kos, susah, tapi dengan hanya dua ribu di kantong dia tidak pernah kelaparan. Ada saja ajakan makan yang datang padanya. Saya percaya. Pagi tadi, saya mengantar dua anak dampingan saya untuk mencari panti asuhan tempat mereka diharapkan bisa tinggal di sana untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Nur, delapan tahun dan belum pernah sekolah sama sekali, dan Febri, kakak pere

Stereotipe

Gambar
Seminggu ini saya menggobrol dengan dua orang teman yang kebetulan adalah Frater dan kebetulan pula topik yang diangkat adalah masalah stereotipe. Stereotipe yang dikenakan kepada para frater dan biarawan pada umumnya. Seorang teman frater saya secara jadwal seharusnya tahbisan bulan Juni ini, tetapi karena tesis yang belum selesai dikerjakan, maka jadwalnya harus mundur hingga entah kapan. Tergantung keputusan dari atasan. Untuk mengisi liburannya, Mas Frater ini kemudian jalan-jalan ke Flores. Saat berbicara dengan seorang umat tentang kepergiannya ke Flores tanggapan yang didapatnya adalah, “Frater dihukum ya?” Seorang teman Frater yang lain juga bercerita dengan ketidaknyamannannya dengan perlakuan orang-orang yang memberikan penghormatan yang berlebihan kepadanya karena statusnya sebagai Frater dan sebentar lagi Romo. Penghormatan yang dirasa menempatkannya sebagai manusia dengan level yang berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Tidak bisa disangkal bahwa kita sering ti

FAQ Pingit

Gambar
Baru saja saya ada acara wawancara dengan mahasiswa dari UGM tentang Pingit. Beberapa pertanyaan standar dan prosedural ditanyakan dan dijawab sama Frater Adri dengan kapasitasnya sebagai koordinator. Beliaunya ini memang jagoan sebagai koordinator. Di bawah kepempimpinannya yang bertangan besi, dalam beberapa minggu dia sudah melakukan "Adrinisasi" kepada semua pengajar demi mendapatkan metode mengajar yang konsisten dan baik untuk anak. Beliaunya juga sudah mulai membongkar rumah-rumah yang reot dan membangun ulang agar bisa dimaksimalkan bagi yang membutuhkan. Balik ke wawancara, ada banyak pertanyaan yang diajukan, tapi ada tiga pertanyaan yang membuat saya berpikir ulang. 1. Apa yang membuat saya kecantol sama Pingit? 2. Suka dukanya di Pingit? 3. Harapan saya dengan Pingit? Saya nggak puas dengan jawaban yang saya berikan tadi, jadi mau saya jawab ulang di sini. Kenapa saya kecantol dan jatuh cinta pada pandangan pertama sama Pingit. Di luar semua relasi saya den

Serpih

Gambar
Hidup itu seperti mengumpulkan serpih yang Tuhan sudah sebarkan dalam kehidupan. Serpihan pertama kutemukan dalam buku detektif pertama yang aku temukan dan aku baca. Serpihan yang membentuk impian, tujuan dan cita-cita. Serpihan lain adalah kepercayaan dari orang-orang yang aku sebut keluarga. Tempat di mana aku berakar. Tempat aku pulang dari perjalanan sejauh apapun. Rumah di mana aku bisa pulang dari pertaruhan senekat apapun. Serpihan lain kutemukan dari uluran tangan teman dan para sahabat. Keberadaan yang terus menyala bahkan dalam gelap yang paling pekat. Tangan yang terus ada hingga lorong gelap itu mencapai ujungnya. Nyala yang akhirnya terus kubawa bahkan ketika persahabatan itu berlalu. Serpihan lain datang saat aku jatuh cinta dan patah hati karenanya. Kekuatan yang tak pernah kukira aku miliki. Kebahagian ketika berbagi tawa. Membagi sepiring pizza dan obrolan panjang tanpa arah. Kesabaran dan dukungan yang telah aku terima. Berbagi kebaikan dan pemberian total