Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Tuhan, Terima Kasih Sudah Menciptakan Jesuit

Sebenarnya saya isin banget mau nulis tulisan ini. Ya… teman-teman juga pasti tahu kalau saya itu isinan. Tapi karena baru tadi pagi saya belajar metode penelitian yang berbicara mengenai menjadi peneliti yang baik maka saya nekat untuk menulis ini. Sebuah penelitian yang baik itu harus mempunyai refleksifitas dari peneliti, menjadi lebih otentik terhadap pengalaman hidup, dan menentukan posisionalitas, jadi dalam tulisan ini saya mencoba untuk melakukan itu. Ya nggak yakin juga sebenarnya apakah ada hubungannya antara metode penelitian dengan tulisan saya kali ini. Hari ini saya disadarkan betapa banyak peran para Jesuit dan karya-karya Jesuit dalam hidup saya dalam empat tahun belakangan ini. Dan pengalaman saya hari ini yaitu dibantu bikin presentasi dan diajakin nonton film sama para Jesuit, membuat saya merunut kembali sejarah hidup saya ke belakang. Awal perkenalan saya secara langsung dengan manusia yang berlabel Jesuit ini

Manusia Berkarakter

Gambar
"Karakter yang kuat membuat seseorang menjadi pribadi yang utuh dan tangguh. Mereka tidak tergantung pada lingkungan, tetapi menjadi pemimpin dan pembaru bagi lingkungannya. Karakter merupakan inti dari manusia yang unggul dan bermartabat. Dengan karakter yang kuat, anak-anak akan mampu mengatasi berbagai tantangan hidup ini."  http://sanggarcantrik.org/tentang-kami/muatan-sanggar/ Sebagai seorang yang pernah bergumul di bidang pendidikan anak-anak, visi dan harapan seperti di atas adalah hal yang sangat akrab untuk saya. Di Pingit kami, para volunteer, juga memiliki harapan dan keinginan agar anak-anak menjadi seorang yang memiliki karakter yang baik. Namun karena Pingit merupakan salah satu kasus khusus, jangankan menjadi pemimpin dan membuat perubahan untuk lingkungan, pada satu titik kami hanya ingin anak-anak itu bisa bersikap baik dan sopan terhadap orang lain.  Masalah pendidikan karakter ini sendiri

Setelah Sebungkus Lotek

Hanya sebuah catatan galau... Kemarin, siang-siang, panas-panas, saya baru pulang kuliah dan jajan lotek di dekat perempatan, dan dalam perjalanan pulang bersama sebungkus lotek itu tiba-tiba muncul pertanyaan yang nggak jelas dalam kepala saya. Hidup itu ngapain sih sebenarnya? Saya kemudian melihat lagi sehari-hari saya ngapain ya... Pada umumnya dalam beberapa bulan terakhir ini aktivitas saya adalah kuliah, dolan, cari makan, bekerja kadang-kadang. Ya hanya seputar-putar itu saja kegiatan saya. Kegiatan simbok saya di rumah malah lebih tidak variatif lagi. Bangun, buka toko, tutup toko, buka toko lagi, tutup toko lagi, nonton TV, terus bobo. Ya diselingi mandi, makan, dan berkebun sesekali. Tapi ya hanya begitu-begitu saja tampaknya. Terus ngapain sebenarnya saya ini jalan-jalan di dunia ini, menghabiskan tempat dan oksigen?

Kisah

Triingg… Suara dari messenger itu membangunkan Nadia dari tidurnya. Tidur yang sudah tidak pernah nyenyak sejak satu bulan yang lalu. Matanya langsung terbuka, dirabanya kasur di sekitar kepalanya untuk mencari sumber bunyi itu. Dugaannya tepat. Siapa lagi yang menghubunginya di tengah malam buta seperti ini selain orang itu. Rey, Reynato. “Nad…” Hanya sepotong kata itu saja dan itu sudah cukup membuat Nadia gelisah, seperti biasa. “Kenapa Rey?” “Baru sampai rumah nih, capek banget…” Nadia melirik jam di sudut atas smartphone dalam genggamannya, 01.39. Ia menghela napasnya.