Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Setelah 29 Juli

Beberapa bulan ini hidup rasanya jungkir balik tanpa disangka. Bukan, bukan karena pandemi. Ya pandemi memang mengubah banyak hal, tetapi tidak hanya itu. Jungkir balik ini diawali dengan sebuah pesan impulsif yang kukirimkan pada seorang kawan pada 29 Juli lalu. Pesan yang kukirimkan untuk meminta pertolongan, memohon bantuan. Pertolongan yang baru kusadari sudah kucari sejak berbulan-bulan sebelumnya, bahkan mungkin beberapa tahun yang lalu. Rasanya tiba-tiba saja aku menjalani kehidupan yang berbeda sejak 29 Juli itu, kehidupan sebagai orang yang sedang sakit mental. Hidup sebelum 29 Juli juga bukan hidup yang baik-baik saja sebenarnya. Dua atau tiga bulan sebelum itu rasanya aku sudah hidup menjadi semacam sayur-sayuran. Rutinitas yang hanya berkisar seputar kirim paket dan nonton YouTube dari pagi sampai dini hari lagi. Kepala yang biasanya sibuk berpikir dan membuat berbagai macam skenario tiba-tiba saja terasa jadi putih polos. Saat-saat itu aku sudah mulai curiga, untuk kepal

Normal yang Selalu Baru

Gambar
Ini bukan BH lo ya... Seperti yang sedang banyak dibicarakan semua orang sekarang ini di mana Indonesia sedang dalam tahap memulai normal baru atau tatanan baru dalam menghadapi pandemi covid-19. Kalau pakai istilah tatanan baru rasanya seperti lihat film di mana penjahatnya entah berupa monster, alien, atau ideologi yang ingin mengubah kondisi lama dan menciptakan tatanan baru yang lebih sempurna bagi kehidupan umat manusia. Semacam Thanos yang mencoba membuat bumi lebih baik dengan menghilangkan setengah populasinya. Semacam itu pulalah yang sedang diusahakan Indonesia dan juga semua negara lain di dunia ini dalam menjalani kehidupan pasca-covid-19 ini. Kebijakan kali ini seperti banyak kebijakan lain yang dikeluarkan pemerintah, ada yang mendukung dan banyak juga yang mengkritik kebijakan ini. Rasanya masih ada saja orang yang tidak menyadari bahayanya covid-19 ini dan tidak bergerak dengan kewaspadaan, rasanya keadaan di negara ini juga masih gamang. Apakah datanya benar

Pandemi dan Berbagai Ritual yang Hilang Bersamanya

Gambar
Hari kedua Idul Fitri 2020, dua bulan setelah semua pembatasan skala besar mulai dilakukan, baik resmi maupun lockdown mandiri, saya memutuskan untuk pada akhirnya mengeksekusi niat yang sudah ada sekian lama untuk sowan Ibuk di Sendangsono. Mengatasi berbagai memeng karena jauh, rute yang naik turun begitulah, dan kondisi pandemi yang tidak menentu ini. Jika gereja tutup, sebenarnya bisa dipastikan tempat itu juga tutup. Pernah saya tanyakan kepada seorang kenalan yang tempat tinggalnya dekat lokasi apakah bisa masuk, katanya untuk doa pribadi masih bisa masuk. Satu lagi alasan saya berangkat karena saya disuruh berangkat oleh sahabat setelah saya sambati. Saya yang sudah ingin menyerah saja, yang apinya sudah tidak lagi bisa saya rasakan nyalanya, yang rasanya hidup menjadi rutinitas yang menyenangkan untuk dijalani, tapi tetap saja menjadi rutin. Saya lelah, saya ingin menyerah. Rencana awalnya saya berangkat Sabtu lalu, tapi karena satu dan lain hal saya urungkan menjad

Ini bukan waktu menunggu

Gambar
Sudah berjalan cukup lama sejak virus ini mengambil alih dunia yang kita ketahui selama ini menjadi sebuah dunia yang menuntut adaptasi habis-habisan. Virus yang bergerak dengan kontak antar manusia ini membuat banyak hal harus dilakukan dan disesuaikan untuk membatasi atau mengurangi penyebarannya. Pariwisata jelas nomor satu terkena imbasnya, perjalanan dihentikan, tidak ada lagi perjalanan tidak perlu yang layak untuk dilakukan dalam situasi seperti ini. Semua kegiatan yang menghasilkan kerumunan praktis dihentikan, para pekerja seni menjadi salah satu yang terkena imbas besarnya. Covid dan ancaman akan kematian membuat apa yang layak dan tidak layak menjadi sangat jauh berubah. Berangkat ke sekolah, berangkat ke tempat kerja, nongkrong bersama teman, beribadah bersama, resepsi pernikahan, ternyata semua itu bisa tidak dilakukan, begitu saja. Gerakan menjaga jarak satu sama lain, bekerja dari rumah, meliburkan sekolah dan lembaga pendidikan lain, ternyata bisa dilakukan. Memang