Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

FAQ Pingit

Gambar
Baru saja saya ada acara wawancara dengan mahasiswa dari UGM tentang Pingit. Beberapa pertanyaan standar dan prosedural ditanyakan dan dijawab sama Frater Adri dengan kapasitasnya sebagai koordinator. Beliaunya ini memang jagoan sebagai koordinator. Di bawah kepempimpinannya yang bertangan besi, dalam beberapa minggu dia sudah melakukan "Adrinisasi" kepada semua pengajar demi mendapatkan metode mengajar yang konsisten dan baik untuk anak. Beliaunya juga sudah mulai membongkar rumah-rumah yang reot dan membangun ulang agar bisa dimaksimalkan bagi yang membutuhkan. Balik ke wawancara, ada banyak pertanyaan yang diajukan, tapi ada tiga pertanyaan yang membuat saya berpikir ulang. 1. Apa yang membuat saya kecantol sama Pingit? 2. Suka dukanya di Pingit? 3. Harapan saya dengan Pingit? Saya nggak puas dengan jawaban yang saya berikan tadi, jadi mau saya jawab ulang di sini. Kenapa saya kecantol dan jatuh cinta pada pandangan pertama sama Pingit. Di luar semua relasi saya den

Serpih

Gambar
Hidup itu seperti mengumpulkan serpih yang Tuhan sudah sebarkan dalam kehidupan. Serpihan pertama kutemukan dalam buku detektif pertama yang aku temukan dan aku baca. Serpihan yang membentuk impian, tujuan dan cita-cita. Serpihan lain adalah kepercayaan dari orang-orang yang aku sebut keluarga. Tempat di mana aku berakar. Tempat aku pulang dari perjalanan sejauh apapun. Rumah di mana aku bisa pulang dari pertaruhan senekat apapun. Serpihan lain kutemukan dari uluran tangan teman dan para sahabat. Keberadaan yang terus menyala bahkan dalam gelap yang paling pekat. Tangan yang terus ada hingga lorong gelap itu mencapai ujungnya. Nyala yang akhirnya terus kubawa bahkan ketika persahabatan itu berlalu. Serpihan lain datang saat aku jatuh cinta dan patah hati karenanya. Kekuatan yang tak pernah kukira aku miliki. Kebahagian ketika berbagi tawa. Membagi sepiring pizza dan obrolan panjang tanpa arah. Kesabaran dan dukungan yang telah aku terima. Berbagi kebaikan dan pemberian total

Bahagia di Tempat yang Tidak Bahagia

Fransiskus Xaverius Fri Harna, kelaki yang akarab dipanggil dengan sebutan Mas Frans ini adalah seorang penjaga sekolah di sebuah SD di tengah Pegunungan Menoreh. Sekolah yang tidak luas dengan fasilitas yang seadanya dengan murid yang juga tidak seberapa. Mas Frans sendiri sudah mulai bekerja di sekolah ini sejak lima tahun yang lalu. Sebelum bergabung di sekolah ini, ia bekerja sebagai petugas pembuat taman di beberapa kota di sekitar Yogyakarta. Awalnya dia tidak mau ketika diajak bergabung di sekolah ini, tapi sebagai alumni dari sekolah ini akhirnya ia mau untuk membantu dan bekerja sebagai penjaga sekolah karena ia memegang ijazah SMA. “Sebenarnya kalau dihitung ya saya rugi, tapi bayaran itu kan tidak hanya berupa materi.” Begitu penjelasan yang diberikannya mengenai bagaimana awalnya ia bekerja di tempat tersebut. Ia mengungkapkan bahwa rahmat kesehatan, keharmonisan dalam keluarga, istri yang pengertian, juga merupakan bayaran dari Tuhan yang tidak ternilai harganya.