Setelah Sebungkus Lotek

Hanya sebuah catatan galau...

Kemarin, siang-siang, panas-panas, saya baru pulang kuliah dan jajan lotek di dekat perempatan, dan dalam perjalanan pulang bersama sebungkus lotek itu tiba-tiba muncul pertanyaan yang nggak jelas dalam kepala saya. Hidup itu ngapain sih sebenarnya?
Saya kemudian melihat lagi sehari-hari saya ngapain ya...
Pada umumnya dalam beberapa bulan terakhir ini aktivitas saya adalah kuliah, dolan, cari makan, bekerja kadang-kadang. Ya hanya seputar-putar itu saja kegiatan saya. Kegiatan simbok saya di rumah malah lebih tidak variatif lagi. Bangun, buka toko, tutup toko, buka toko lagi, tutup toko lagi, nonton TV, terus bobo. Ya diselingi mandi, makan, dan berkebun sesekali. Tapi ya hanya begitu-begitu saja tampaknya. Terus ngapain sebenarnya saya ini jalan-jalan di dunia ini, menghabiskan tempat dan oksigen?

Padahal ketika saya tidak punya rutinitas pasti yang harus saya lakukan, saya akan berusaha bagaimana caranya untuk punya rutinitas. Bekerja atau kuliah misalnya. Kalau tidak ada kegiatan pasti, biasanya saya tidak punya alasan untuk bangun dari tidur apalagi untuk mandi. Mau ngapain coba bangun kalau nggak ngapa-ngapain?
Tapiii... setelah saya mendapatkan kegiatan sehari-hari yang rutin. Bekerja setiap hari, nggak boleh bolos dari bekerja. Maka saya akan menemui galau jenis baru. Mulai merasa terikat dan bosan dengan semua rutinitas yang ada. Mulai merasa nggak bisa melakukan apa-apa karena terikat sama rutinitas itu. Nggak bisa jalan-jalan, nggak bisa ke bengkel, nggak bisa berteman.
Padahal semua orang juga begitu kan sebenarnya? Semua orang bekerja dan semuanya mengalami keterikatan itu. Hanya segelintir yang punya keistimewaan tidak harus terjebak dalam rutinitas yang mengikat tersebut selama berhari-hari, bertahun-tahun, seumur hidup. Tapi semuanya merasa baik-baik saja kok dengan itu, menikmati pekerjaannya, menyesuaikan waktunya dengan pekerjaannya, menyesuaikan lingkungan pergaulannya dengan orang-orang yang ditemuinya. Saya saja yang merasa itu bermasalah, padahal saya belum pernah mengalami bekerja jangka panjang loh...
Na, permasalahan baru yang muncul dengan rutinitas ini adalah adanya trend untuk keluar dari zona nyaman. Sekarang banyak orang mulai mencari tantangan. Ketika sudah mulai larut dalam rutinitas, orang-orang mulai merasa terlalu nyaman dan mencari cara untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Dan hal itu juga disarankan oleh banyak motivator dan para enterpreneur. Jika tidak keluar dari zona nyaman maka orang-orang mulai mencari adrenalin untuk membuat hidupnya lebih terasa.
Mari kita kembali di kegiatan simbok saya di atas. Kegiatan membuka dan menutup toko itu sudah dilakukannya setiap hari, sepanjang tahun, selama 32 tahun sampai sekarang ini. Zona hidupnya ya hanya seluas toko dan rumah. Kepergiannya jauh dari rumah bisa dihitung dengan jari. Rutin dan nyaman. Dan itu baik-baik saja kok, ketidaknyamanan dalam hidupnya datang dengan sendirinya, tidak perlu dicari-cari. Misalnya ketidaknyamanan karena anaknya yang satu ini tidak jelas-jelas juga hidupnya.
Buat saya sendiri, ya kadang-kadang saya juga ingin mencari zona tidak nyaman. Tapi saya itu penakut, jadi jarang sekali saya melakukan itu. Saya senang lingkungan yang akrab dan saya kenal. Saya senang melakukan hal-hal yang memang bisa saya lakukan. Saya tidak suka energi saya habis hanya untuk menyesuaikan diri dengan hal-hal baru setiap saat. Itulah kenapa saya tidak suka pekerjaan yang membuat saya bertemu orang baru setiap hari. Itulah kenapa saya senang melakukan pekerjaan editorial yang tidak perlu banyak menyesuaikan diri.
Pada akhirnya kegalauan saya juga tetap tidak terjawab. Saya tak makan lotek saja...






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Autoetnografi apaan sih?

Tes Rorschach: Antara Manual dan Kenyataan

The Geography of Faith