Tes Rorschach: Antara Manual dan Kenyataan
Bagi
orang-orang yang sudah mengenal ilmu psikologi, tes kepribadian yang satu ini
bisa jadi merupakan sesuatu yang sudah akrab di telinga, walaupun mungkin tidak
semuanya tahu bagaimana cara mengadministrasikan tes ini. Tes ini merupakan
salah satu jenis tes proyektif yang dimaksudkan untuk mengungkap aspek-aspek
kepribadian seseorang. Seperti kemampuan intelegensi, fungsi efo, dan aspek
afeksi dari orang tersebut. Tes ini menggunakan stimulus berupa bercak tinta.
Bagaimana bercak tinta itu dibuat? Ya seperti ketika kita masih di TK dan
main-main dengan tinta yang diteteskan di kertas dan kertasnya dilipat dan
kemudian akan muncul pola di kertas tersebut. Seperti itulah kira-kira stimulus
dalam tes Rorschach ini.
Tes Rorschach
atau sebelumnya dikenal sebagai tes bercak tinta sendiri pertama kali dikenal
di Tubingen, Jerman oleh seorang yang bernama Justinus Kerner pada tahun 1857.
Kerner menyadari bahwa dia dapat melihat berbagai objek dalam bercak tinta
tersebut. Kemudian pada tahun 1895, Alfred Binet menyarankan untuk menggunakan
bercak tinta tersebut untuk melihat kemampuan imajinasi dan melihat
kecenderungan kepribadian seseorang. Setelah itu, beberapa ahli lain juga
melihat dan mengembangkan penggunaan bercak tinta sebagai alat untuk melakukan
tes kepribadian seseorang (Klopfer & Davidson, 1962).
Sedangkan
Hermann Rorschach yang namanya sekarang digunakan untuk tes bercak tinta ini
adalah seorang pskiater kelahiran Zurich, Swiss, tahun 1884. Sepuluh kartu yang
digunakan saat ini adalah hasil seleksi dari beribu-ribu kartu yang telah
dicobakan dan sudah diklasifikasikan dengan kedua syarat berikut, yaitu bentuk
bercak yang relatif simetris dan distribusi bercak harus memenuhi persyaratan
komposisi tertentu (Subandi & Wulan, 2013). Teknik Rorschach ini kemudian
juga dikembangkan oleh beberapa ahli, dua orang yang saya kenal dan saya
gunakan untuk melakukan tes ini adalah Bruno Klopfer dan Aronov.
Saya sendiri
mengalami empat semester dengan Tes Rorschach ini. Pertama kali sebagai
mahasiswa, dan kemudian sebagai asisten yang membantu proses praktikum. Pada
awalnya saya jadi asisten juga merupakan suatu kecelakaan belaka. Setelah saya
kuliah Rorschach kalau tidak salah tahun 2009, mata kuliah tes ini kemudian
tidak diadakan lagi selama beberapa semester. Entah karena kurangnya peminat
atau hal lain, saya tidak tahu. Kemudian tes itu diadakan lagi dan teman
seangkatan saya di mata kuliah tersebut sudah habis pada lulus. Hanya tersisa
saya seorang. Jadi apa boleh buat, saya yang maju jalan untuk menemani dua
puluh anak berproses.
Ternyata pada
kesempatan pertama saya menjadi asisten itu, Bapak Dosen membuat perubahan
kebijakan dengan menganti acuan yang tadinya menurut versi Aronov menjadi versi
Klopfer dengan tetap menggunakan administrasi dan lembar-lembar versi
Aronov—ah… saya mulai tidak berbicara dengan bahasa manusia ini tampaknya.
Begitu juga pada kesempatan kedua saya juga belajar dengan versi campuran atau
hibrid antara Aronov dan Klopfer. Pada kesempatan ketiga ini karena Bapak Dosen
langganan sedang menimba ilmu kembali maka diganti oleh Mbak Dosen dengan
tradisi Klopfer beneran. Maka ada lagi yang berubah dalam proses administrasi
dan skoringnya.
Pada dasarnya,
menurut manual, tes ini sebenarnya sederhana, testee atau orang yang dites
hanya diminta untuk mengatakan apa yang dia lihat dari bercak tersebut. Saya
sendiri baru mengalami dua kali praktikum resmi ketika kuliah, dan satu kali ngetes-ngetesan ketika harus belajar
lagi sebagai asisten. Tes yang dilakukan di kos dengan alat tes di dalam
laptop. Ini tidak ideal, jadi jangan ditiru ya… Jawaban yang didapat bisa
sangat beragam dan sangat banyak, walaupun bisa juga didapatkan jawaban populer
atau jawaban yang sering muncul. Kemudian pada tahap selanjutnya akan
ditanyakan kembali kepada testee bagaimana dari pola bercak tinta tersebut bisa
terlihat suatu objek, misalnya saja orang sedang jongkok sambil merokok.
Mengapa bisa terlihat demikian? Jawaban-jawaban tersebut yang kemudian akan
dituliskan untuk kemudian dilakukan skoring.
Selama ini
sejauh pengalaman saya ngetes sendiri dan menunggui orang-orang ngetes,
biasanya tidak ada masalah berarti dalam proses administrasi. Pada umumnya
testee bisa menjawab dengan baik pada setiap kartunya. Saya belum pernah menemukan
testee yang sampai tidak dapat memberikan satupun jawaban pada bercak tertentu,
atau sampai perlu dilakukan tes analogi atau testing the limit (ini juga bukan bahasa manusia, bisa membaca
referensi jika tertarik untuk memahami lebih jauh). Masalah pada tahap
andministrasi ini sebagian besar muncul karena testernya yang mahasiswa itu
terlalu tegang sehingga blank dan
lupa dengan apa yang harus dikatakan. Hal ini juga dikarenakan adanya banyak
hal yang harus dilakukan, menunjukkan kartu, mengukur waktu, dan mencatat
jawaban, jadi memang ribet.
Sedangkan
asisten hanya perlu berjalan-jalan, mendengarkan, memasang tampang tidak
senang, dan menilai, seakan-akan apa yang akan dikatakan memengaruhi nasib dari
orang yang ngetes. Yah… bahkan jika salah administrasi sekalipun, testee juga
tidak akan terpengaruh apa-apa kok. Ya memang menjadi tidak valid hasil tesnya,
tapi semua orang juga tahu kan kalau kita ini hanya mahasiswa S1 dan ini adalah
praktikum pertama, interpretasinya tidak akan ada harganya kok untuk menilai
kepribadian seseorang. Bagi saya, yang penting semua orang paham apa yang harus
dilakukan dan semua senang, keahlian bisa dipoles kemudian. Toh nanti beda
institusi juga beda tokoh yang dianut dan beda pula caranya.
Menjadi
masalah dan menjadi begitu ribetnya adalah pemberian skor. Untuk skor lokasi
biasanya lebih mudah, kita hanya perlu melihat seberapa besar bercak yang
digunakan, apakah bercak bagian yang bertinta atau bagian putihnya. Menjadi
agak rumit jika testee menjawab ini kebun binatang dan ini adalah gajah, lalu
ini ular, lalu ini harimau. Apakah satu jawaban atau banyak jawaban, apakah
perlu pakai kurung kurawal atau tidak? Apakah lokasi itu cukup besar untuk
diberi skor W cut atau D saja? Ataukah di, de, dr?
Ya… kira-kira
begitulah dalam memberikan skor untuk jawaban-jawaban yang diberikan testee.
Ada banyak syarat dan ketentuan yang harus diperhatikan untuk memutuskan skor
apa yang akan diberikan. Sebagai contoh, gerakan manusia akan mendapatkan skor
M, sedangkan gerakan hewan akan mendapatkan skor FM. Bagaimana jika yang
bergerak adalah ikan duyung? Apakah akan mendapatkan skor M atau FM? Belum lagi
masalah Form Level Rating dengan syarat yang sangat mendetail untuk setiap
tambahan poin yang perlu diberikan. Dua orang yang sedang menari akan
mendapatkan tambahan setengah, sedangkan dua orang saja bisa jadi tidak
mendapatkan tambahan skor organisasi. Hidung yang mancung bisa mendapatkan skor
spesifikasi, sedangkan topi merah tidak mendapatkan tambahan skor spesifikasi.
Sejauh praktek yang saya lakukan ini, ada mahasiswa yang sudah mengganti skor
FLR-nya sampai empat kali karena perbedaan pandangan soal penambahan skor.
Tes Rorschach
ini menurut saya memang unik. Jika tes Tematic Aperseption Test atau TAT itu
merupakan tes proyektif yang murni kualitatif dan subjektif, pada Tes Rorschach
tidak demikian. Jawaban-jawaban yang berbentuk kualitatif ini akan diberikan
skor dan pemberian skor ini dengan cukup subjektif. Skor tersebut kemudian akan
dijumlahkan dan dimasukkan dalam proses perhitungan yang kuantitatif. Hasil
dari perhitungan tersebut yang kemudian akan dikualitatifkan lagi dengan
melihat standar-standar yang ada. Seperti misalnya jika dari seluruh respon
yang muncul, testee tersebut memunculkan sepuluh gerakan manusia maka berarti orang
tersebut memiliki daya imajinasi yang cukup baik, misalnya demikian. Dengan
proses yang seperti ini, validitasnya memang hanya dapat diukur dari kemampuan
testernya. Apakah tester melakukan tes sesuai dengan standar, melakukan
elaborasi pada tahap kedua dengan benar. Apakah tester benar-benar paham
bagaimana memberikan skor pada lokasi, determinan, isi, dan FLR? Jika tidak, ya
memang bubar jalan.
Bagi saya tes
ini merupakan tes yang cukup akurat, tes ini mencoba menjelaskan bagaimana cara
pandang seseorang dalam memandang suatu masalah, bagaimana keruntutan seseorang
dalam berpikir, bagaimana daya imajinasinya, bagaimana responnya terhadap
stimulus emosi atau lingkungan sosialnya. Tes ini tidak hanya melihat bahwa
garis yang tebal menandakan kepercayaan diri dan gambar yang melewati batas
adalah seorang yang ekspansif. Tes ini melihat dibalik itu. Dan selalu menarik
ketika kita bisa menemukan sebuah kesimpulan yang tepat dari kecenderungan
seseorang dengan hanya melihat seberapa luas bercaknya dan apa determinan yang
muncul di situ.
Sampai
sekarang Tes Rorschach selalu berhasil mengulik rasa ingin tahu saya. Tes yang
membuat saya selalu bersedia untuk kembali berproses dan sama-sama belajar
lagi. Menghadapi berbagai jawaban yang pada akhirnya tidak dapat kita skor
dengan pasti. Banyak jawaban yang tidak dapat ditemukan apa skornya begitu saja
di manual-manual yang saya pegang, dan saya memegang lebih dari satu manual. Skor
yang akhirnya didapatkan dengan kesepakatan bersama dan diskusi terus menerus.
Apakah seseorang menggenakan baju berwarna biru akan mendapatkan tambahan FLR
0,5 atau apakah orang bercermin akan mendapatkan skor FK? Jawabannya mungkin
akan sangat bebeda-beda, tergantung siapa yang menilai dan standar siapa yang
dipakainya.
Jadi manakah
yang benar? Apakah Aronov ataukah Klopfer? Atau malah ada ahli lain yang tidak
saya kenal, dan menurut saya pasti ada di luar sana? Lalu kepribadian menurut
siapakah yang benar? Rasanya pertanyaan itu salah malahan kalau diajukan. Yang
benar ya kepribadian manusia menurut manusia itu sendiri. Standar selalu dibuat
sebagai sarana untuk memudahkan komunikasi para ahli, untuk bisa mengkomunikasikan
pasien-pasien mereka, data-data yang mereka peroleh. Standar adalah bahasa yang
disepakati bersama agar memudahkan komunikas para pelakunya. Standar ya
hanyalah standar, penyederhanaan besar-besaran dari apa yang sebenarnya ada di
kenyataan. Jadi, janganlah malah melakukan self
fullfiling prophercy yang malah menyamakan kepribadian dan perilaku kita
dengan standar dan kategorisasi dari para ahli. Ini hanya sekadar administrasi,
jadi santai saja…
NB: Daftar pustaka akan ditambahkan kemudian atau bisa ditanyakan kalau pengen tau. Saya lupa bawa bukunya... hicks...
NB: Daftar pustaka akan ditambahkan kemudian atau bisa ditanyakan kalau pengen tau. Saya lupa bawa bukunya... hicks...
Komentar
Posting Komentar